Jumat, 21 Desember 2007

Belajar Untuk Bertanya

Pertanyaan tentang peran mana yang harus dimainkan oleh universitas dalam mempersiapkan bangsa terhadap tantangan-tantangan masa depan mendesak jawabannya.


Jawaban yang diberikan oleh sang penulis adalah behwa keberhasilan seluruh pendidikan dapat diukur dari apakah olehnya peserta didik itu belajar untuk bertanya : “Belajar bertanya pertanyaan – pertanyaan yang tepat dasn prinsipal”


Yang menulis demikian adalah Romo Mangunwijaya. Apa yang ditegaskan oleh Romo mangun ini tidak kurang merupakan sang kunci untuk mendobrak pelbagai kemacetan dalam perkembangan intelektual bangsa yang masih kita alami sampai sekarang.


Secara sederhana: memberikan jawaban-jawaban _apalagi atas pertanyaan-pertanyaan yang tidak ditanyakan_ menjemukan, melumpuhkan, akhirnya mematikan kecerdasan intelektual. Sebaiknya, mengajukan pertanyaan dan mempertanyakan yang ada merangsang fikiran, keterlibatan dan tanggungjawab intelektual, mendobrak wawasan yang telah kaku dan sempit, membuka cakrawala, mencerdaskan. Menyajikan jawaban-jawaban mengakhiri usaha intelektual, menyajikan pertanyaan-pertanyaan memulai usaha intelektual. Jawaban mengacu ke masa lampau, deretan pertanyaan memaksa pendaangan diarahkan ke masa depan


Maka mahasiswa dan dosen kita perlu belajar untuk bertanya. Universitas bertugas melakukan kegiatannya, yaitu pegnajaran dan penelitian sedemikian rupa sehingga merangsang orang untuk bertanya. Aristoteleslah yang mengatakan bahwa filsafat mulai dari perasaan heran. Orang merasa heran, maka ia ingin bertanya.


Kembali kepada penuturan Rom Mangun agar estabilishment pendidikan formal mengajar para peserta didik untuk bertanya. Kiranya sudah jelas bahwa tuntutan itu jauh dari sekedar gagasan pinter seorang intelektual yang kemudian boleh kita lupakan. Tulisan Romo Mangun itu sebuah sisaran SOS, sebuah lampu merah bertuter, sebuah celaan yang harus kita tanggapi secara nyata dan praktis kalau kita mau menunjang kesiapan bangsa kita untuk tantangan-tantangan yang akan datang. Tulisan Romo Mangun adalah himbauan seseorang yang mencintai bangsanya dan tidak rela melihatnya dikemudikan kedalam jurang ketumpulan, kepasipan, dan kebodohan.


Tetapi keadaan dunia perguruan tinggi nampaknya menuju kesitu. Apakah mahasiswa dirangsang untuk bertanya, untuk melihat masalah, untuk menganalisa sebuah situasi, untuk manjadi tanggap terhadap sebuah problematika, untuk memecahkan kepala dan hati mereka daslam mencari pemecahan? Ataukah kepada mereka hanya disaji daftar hal-hal yang harus diunyah kembali, dihafalkan, direpoduksikan, secara harfiah? Dimana mereka hanya dapat belajar mbuat tulisan? Ujian saja sering hanya dalam bentuk pilihan ganda.


Ada kesan bahwa mereka malahan tidak diharapkan berpikir sendiri. Jarang mereka diajak untuk merumuskan sendiri keprihatinan mereka, untuk menghadapkannya baik pada ilmu mereka maupun pada realitas masyarakat, supaya dalam tanggapan ganda itu mereka dipaksa untuk berpikir kreatif, untuk melepaskan sablon-sablon, untuk mencernakan metode-metode dan butir-butir penetahuan yang telah mereka dapat.


0 komentar:

Posting Komentar