Selasa, 07 Juni 2016

Mimpi



Lizma,

Ada yang  aneh dengan tidur malamku akhir-akhir ini, tepat pukul tiga pagi aku selalu terbangun. Terbangun karena sebuah mimpi, aku memimpikanmu, Liz. Walaupun dengan jalan cerita mimpi yang berbeda-beda tapi dalam mimpiku kau menampakan ekspresi yang sama dalam mimpi-mimpiku.

Seperti malam tadi, aku menjumpaimu dalam mimpiku kau duduk di sebuah kursi tampak sedang merenung. Aku menyapamu sementara kau diam saja, kau menampakan kesedihan ada genangan air mata di matamu tapi belum sempat menetes ke pipimu. Aku mencoba bertanya mengapa kepadamu, tetap kau diam saja dengan genangan air mata di matamu.

Lizma, barangkali kau telah menjalani hidup yang sulit, sedih atau apapun aku memang belum tahu segalanya tentangmu tapi aku merasa dikedalaman hatiku, aku merasa apa yang kau rasakan. Ada begitu banyak pilu di hatimu. Ya, mungkin ini agak sedikit gombal. Kau tidak sendiri, Kapanpun aku siap mendengarkan ceritamu bahkan menjalaninya bersama.

Atau mungkin ada sisi gelapku yang telah menyakitimu entah didalam mimpi atau dalam hidupmu yang nyata. Karena aku pernah baca  artikel di internet  yang aku lupa siapa penulisnya. Kata artikel tersebut jika kita memimpikan seseorang dan didalam mimpi seseorang itu tampak sedih atau tampak tersakiti oleh kita, sebenarnya dalam hidup yang nyata sadar atau tidak sadar seseorang itu telah kita sakiti.

Maka dari itu Liz, aku minta maaf.

Semoga dalam mimpi-mimpiku selanjutnya kau tersenyum.




Wahai gadis bermata sendu
Mengapa kau menangis
Tertunduk di sudut dunia
Apa yang kau sesali


Tak taukah dirimu
Hidup takkan menunggu
Buka sedikit hati
Agar kau tau
Kau tidak sendiri
 

Lupakah kau cara tersenyum
Apa sayapmu patah?
Jika begitu tak mengapa
izinkan ku memapah
 

Berhentilah membagi
Semua yang telah dicuri
Buka sedikit hati
Agar  kau tahu
Kau tidak sendiri
 

Pakailah pundakku saat kau menangis
keluarkanlah…
Hingga tak bersisa
Biarkan ku pungut buih yang tersisa

Pakailah pundakku
Saat kau menangis
Keluarkanlah

Hingga kau tersenyum kembali…
 

Wahai gadis bermata sendu
Mengapa kau menangis*


*Samar-Fiesa Besari

** Gambar diambil disini

Selasa, 29 Maret 2016

Sepatu


Lizma,

Barangkali jodoh mungkin seperti sepatu. Bukan berarti sekarang aku bekerja di pabrik sepatu, tidak, lizma. Tidak. Tidak seperti itu.

Sekarang aku ingin bercerita sesuatu kepadamu, jadi aku mohon simpanlah dulu komik detective conanmu itu, dengarkan lah dulu ceritaku. Kalau kau ingin minum dulu minumlah terlebih dahulu.

Sebelumnya mari kita dengarkan dulu sebuah lagu dari Tulus yang berjudul sepatu.

Play.

Kita adalah sepasang sepatu
Selalu bersama tak bisa bersatu
Kita mati bagai tak berjiwa
Bergerak karena kaki manusia

Aku sang sepatu kanan
Kamu sang sepatu kiri
Ku senang bila diajak berlari kencang
Tapi aku takut kamu kelelahan
Ku tak masalah bila terkena hujan
Tapi aku takut kamu kedinginan

Kita sadar ingin bersama
Tapi tak bisa apa-apa
Terasa lengkap bila kita berdua
Terasa sedih bila kita di rak berdeda
Di dekatmu kotak bagai nirwana
Tapi saling sentuh pun kita tak berdaya

Ku senang bila diajak berlari kencang
Tapi aku takut kamu kelelahan
Ku tak masalah bila terkena hujan
Tapi aku takut kamu kedinginan

Kita sadar ingin bersama
Tapi tak bisa apa-apa
Terasa lengkap bila kita berdua
Terasa sedih bila kita di rak berdeda
Di dekatmu kotak bagai nirwana
Tapi saling sentuh pun kita tak berdaya

Cinta memang banyak bentuknya
Mungkin tak semua bisa bersatu


Lizma,  seperti kataku tadi jodoh seperti sepatu. Bayangkan kau membeli sepatu, sepatu tersebut bagus dan kau menginginkannya tapi ukurannya tidak sesuai dengan ukuran kakimu. Apakah kau akan membelinya? Aku rasa tidak. Saat kau paksakan membeli kakimu pasti akan kesakitan.begitu juga sebaliknya sepatu tersebut ukurannya kebesaran, maka kakimu akan merasa tidak nyaman.

Sepatu yang ukurannya sesuai dengan kakimu. tentu yang akan kau pilih, bukan? Tidak kekecilan dan tidak kebesaran.

Nah. Sekarang kau sudah mendapat ukuran sepatu yang  cocok dengan ukuran kakimu. Tapi harga sepatu itu rupanya terlalu mahal dengan kondisi kantongmu. Apakah sepatu tersebut bisa kau dapatkan?

Tentu kau akan kembali memilih sepatu yang sesuai dengan ukuran kakimu dan pas dengan isi kantongmu.

Akhirnya kau mendapatkan sepatu yang benar-benar pas dengan kaki dan kantongmu. Kau pakai sepatu itu dan tampak cantiklah penampilanmu.

Mungkin seperti itulah gambarannya Liz. Jodoh itu seperti sepatu. Kita mendapatknya yang benar-benar kita ingini dan cocok dengan keadaan kita. Ukurannya tidak kekecilan atau kebesaran. Seperti kau mendapatkan sepatu.

Lizma, kita berdua bekerja di pabrik sepatu. Walaupun kerjamu tidak berkaitan langsung dengan pembuatan sepatu tuntu kau tahu bahwa ada dua komponen utama untuk bisa sepatu itu benar-benar menjadi sepatu. Outsole dan Upper. Keduanya mengalami serangkaian proses, maka jadilah sepatu.

Bayangkan outsole dan upper ukurannya berbeda. Outsole ukurannya 7 sementara Upper 8T, apakah akan menjadi sepatu, outsole  dan upper itu? Tentu tidak akan Lizma.

Kadang aku takut liz, apakah kita outsole dan upper dengan ukuran yang sama dan kemudian menjadi sepatu yang benar-benar menjadi sepatu. Jika pun kita menjadi sepasang sepatu aku masih tetap khawatir. Seperti lagunya tulus yang aku putarkan dari smartphoneku barusan : Kita sadar ingin bersama /Tapi tak bisa apa-apa / Terasa lengkap bila kita berdua / Terasa sedih bila kita di rak berdeda / Di dekatmu kotak bagai nirwana / Tapi saling sentuh pun kita tak berdaya.

Aku berharap tidak begitu Liz, aku selalu berharap aku adalah sepatu yang nyaman kau kenakan sepanjang perjalanmu begitu juga sebaliknya. Itu doa yang kulantunkan dalam sujud-sujudku kepada-Nya, Liz.

Kalaupun tidak . Cinta memang banyak bentuknya / Mungkin tak semua bisa bersatu.

*gambar diambil disini